Selamat datang di Blog ini...

Blog ini berisi pembelajaran sejarah, bukti-bukti sejarah, dan segala wacana sejarah.

Sejarah sedemikian penting untuk dipelajari. Dengan sejarah kita belajar masa lalu, untuk berbuat pada hari ini, dan merencanakan masa depan.

Selamat mengunjungi blog ini !


Blogmaster

Minggu, 29 Maret 2009

Ruang Lingkup Sejarah

Klasifikasi

Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis, seperti H. G. Wells, Will dan Ariel Durant, menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan ahli sejarah memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.

Ada banyak cara untuk memilah informasi atau tema sejarah, misalnya:

  • Berdasarkan kurun waktu (kronologis)
  • Berdasarkan wilayah (geografis)
  • Berdasarkan negara (nasional)
  • Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis)
  • Berdasarkan topik/pokok bahasan (topikal)
  • Dan masih banyak lain lagi pemilahan informasi sejarah.


Dalam pemilahan tersebut haruslah diperhatikan bagaimana cara penulisannya, seperti melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, seperti sosiologi contohnya. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai penata batu bata dari fakta-fakta sosiologis.

Banyak orang yang mengkritik Ilmu Sejarah. Para pengkritik melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali". Artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Akan tetapi, Ilmu Sejarah terus berkembang dan menunjukkan dirinya masuk dalam tataran ilmu.

Catatan Sejarah

Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan", atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periodeyang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.

Namun dalam penulisan sejarah, sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut dengan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern. Kritik ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan saat dia menulis karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda. Yakni dengan melihat validisasi bentuk fisik karya tersebut, mulai dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik. Sedang kritik intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

Wawancara juga dipakai sebagai sumber sejarah. Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis baik dalam pemilahan narasumber sampai dengan translasi ke bentuk digital atau tulisan.

Sejarah dan Prasejarah

Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah "pra-sejarah" digunakan untuk mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.

Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli pra-sejarah seperti Vere Gordon Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan pra-sejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus.

Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.

Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang sesuatu yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah.

Etimologi

Kata "sejarah" secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut تاريخ (tarikh). Kata "tarikh" dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah "waktu".

Historiografi

Historiografi adalah adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme.

Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan sebutan "sejarah virtual" atau "sejarah kontra-faktual" (yaitu: cerita sejarah yang berlawanan -- atau kontra -- dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli sejarah yang menggunakan cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang ada apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau malah sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip dengan jenis cerita fiksi sejarah alternatif.

Metode Kajian Sejarah

Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu mengembangkan metode kajian sejarah antara lain: Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G. M. Trevelyan, dan A. J. P. Taylor. Pada tahun 1960an, para ahli sejarah mulai meninggalkan narasi sejarah yang bersifat epik nasionalistik, dan memilih menggunakan narasi kronologis yang lebih realistik.

Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini menggunakan sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang dalam sejarah.

Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil, berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya.

Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj: Pembelaan akan Sejarah), Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Univeritas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat.

Belajar dari Sejarah

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.

Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."

Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: "Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya." Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: "Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya."

Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya." Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: "Sejarah ditulis oleh sang pemenang." Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah -- dan pemelesetan fakta sejarah -- sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.

Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan.

Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya, unik.

Pengertian Sejarah

Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Kata Sejarah berasal dari kata Syajaratun atau Syajarah dalam bahasa Arab yang artinya pohon atau silsilah. Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.

Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu budaya (Humaniora). Akan tetapi, di saat sekarang ini, Sejarah lebih sering dikategorikan sebagai Ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis.

Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Sejarah dibagi ke dalam beberapa sub dan bagian khusus lainnya seperti kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan.

Ilmu sejarah juga disebut sebagai Ilmu tarikh.

Wacana Pembelajaran Sejarah

BAB I . HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun. Kata ini pada mulanya di hubungkan dengan silsilah raja-raja dan dinasti yang menjadi elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Setiap bangsa mempunyai kata yang mengandung arti ' Sejarah'. Dalam bahsa Inggris, sejarah adalah 'History'. Dalam bahasa Yunani, sejarah adalah historia. Dalam bahasa Jerman sejarah adalah geschitche. Semua kata ini mengacu pada peristiwa masa lampau.

Dalam pandangan Kuntowijoyo, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, dan unik. Sejarah itu diakrons karena sejarah memanjang dalam waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah itu menggambarkan, memaparkan, dan menceritakan sesuatu. Sejarah bersifat unik karena sejarah melakukan penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada suatu tempat dan dalam waktu tertentu. Selain itu, sejarah juga bersifat empiris. Artinya, sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sesungguhnya.

Didalam penulisan sejarah, perlu ada periodisasi dan kronologi. Periodisasi merupakan pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan tertentu. Kronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu.


BAB II . TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA

Bagi masyarakat pra sejarah, peristiwa masa lalu tidak sekedar berfungsi sebagai pengetahuan saja, tetapi juga berfungsi sebagai pedoman hidup. Pengabdian peristiwa masa lalu yang mereka alami dilakukan melalui cerita dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya atau tradisi lisan ( oral tradition ) , seperti petuah, kisah perorangan atau kisah kelompok, cerita kepahlawanan, dongeng, adat istiadat, petunjuk hiburan, dan kepercayaan masyarakat.

Jejak sejarah masyarakat prasejarah dapat ditemukan dalam folklore yang mencakup folklore lisan, seperti mite dan legenda ; folklore sebagai lisan, seperti tari rakyat, adat istiadat, upacara, dan pesta rakyat : dan folklore bukan lisan, seperti arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, makanan dan minuman rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, dan obat – obatan tradisional.

Masa prasejarah berakhir dengan ditemukannya tulisan. Penemuan ini mengawali tradisi sejarah masyarakat yang baru, yakni tradisi sejarah masyarakat yang mengenal tulisan. Hal ini juga berlaku di Indonesia. Semua tulisan di Indonesia menggunakan bentuk dasar huruf yang digunakan oleh raja – raja pallawa di India selatan sejak abad ke – 4 hingga abad ke – 9 Masehi. Hal ini dapat diketahui berdasarkan pada penemuan prasasti di bagian barat Indonesia.

Ada sekitar 3.000 prasasti dari zaman Indonesia kuno. Prasasti yang tertua di temukan di Kutai pada lembah sungai Mahakam di Kalimantan Timur dalam bentuk tujuh tugu batu yang di gambarkan sebagai Yupa. Selain di Kutai, di Jawa Barat juga di temukan beberapa prasasti.

Prasasti – prasasti itu adalah Prasasti Ciareuteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Tugu, Prasasti Muara Cianten, dan Prasasti Cidang Cianten. Prasasti – prasasti ini menerangkan keadaan Kerajaan Tarumanegara.

Pada tugu – tugu batu yang ditemukan di Kutai ,tertulis sajak – sajak dalam bahasa Sansekerta yang mengisyaratkan persembahan besar – besaran . Prasasti – prasasti yang menunjukkan terdapatnya kerajaan Sriwijaya juga ditemukan di daerah Palembang dan di Pulau Bangka. Prasasti – prasasti itu merupakan bukti pertama keberadaan Buddha Mahayana di Asia Tenggara, sekaligus keberadaan agama Buddha di Indonesia.

Perjalanan sejarah Indonesia juga dapat dilihat antara lain pada babad, silsilah, tambo, dan hikayat. Tradisi penulisan sejarah seperti ini termasuk fase Historiografi tradisional Indonesia. Sesudah fase ini, ada fase historiografi kolonial dan fase historiografi nasional yang sejak proklamasi Kemerdekaan terbagi atas gelombang dekolonialisasi sejarah dengan menggantikan model pendekatan Nederlando – sentris dengan pendekatan Indonesia – sentris .

BAB III. PRINSIP – PRINSIP DASAR DALAM PENELITIAN SEJARAH

Sejarah adalah sebuah proses perubahan yang terdapat unsur – unsur yang sama, berulang, unsur – unsur yang berbeda, tunggal, serta unik. Kontinuitas dan diskontinuitas sejarah dapat dilihat melalui penelitian sejarah. Ada lima tahap penelitian sejarah. Kelima tahapan itu adalah pemilihan topik, heuristik ( pengumpulan sumber ), verfikasi ( kritik sejarah dan keabsahan sumber ), interpretasi ( analisis dan sintesis ), dan historiografi ( penulisan sejarah ).

Topik penelitian yang dipilih harus bernilai, orisinil, praktis, dan harus memiliki kesatuan serta mempunyai kedekatan emosional dan kedekatan intelektual dengan peneliti sejarah. Setelah topik terpilih, diadakanlah pengumpulan informasi mengenai topik penelitian sejarah. Kegiatan ini disebut Heuristik. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menelaah berbagai buku referensi , bahan-bahan arkeologis, epigrafis, numismatis, dokumen resmi, dan dokumen – dokumen pribadi . Hasilnya adalah data sejarah atau sumber sejarah.

Untuk memperoleh data atau sumber sejarah ini, ada beberapa bentuk penelitian sejarah yang dapat dilakukan, seperti penelitian sejarah lisan. Sejrah lisan merupakan catatan dan interpretasi kesaksian – kesaksian lisan terhadap peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah lisan dapat di gunakan sebagai metode , sumber sejarah, dan peluang untuk mengembangkan substansi penulisan sejarah sehingga penulisan sejarah menjadi lebih egalitarian dan humanistis.

Usaha penggalian sumber sejarah lisan dilakukan melalui teknik wawancara . Dalam kegiatan ini, selain dengan penuh keterbukaan, peneliti sejarah juga harus bersikap kritis. Dengan demikian, objektivitas sumber sejarah semakin dapat di dekati.

Sumber sejarah seperti itu disebut sumber lisan. Selain sumber lisan, ada sumber tertulis dan tidak tertulis yang meliputi dokumen, artefak, benda – benda peninggalan sejarah, dan monumen peringatan peristiwa sejarah . Sumber – sumber sejarah ini, berdasarkan urutan penyampaiannya, dapat diklasifikasikan sebagai sumber primer dan sumber sekunder.

Data atau sumber sejarah itu dikaji , dinilai, dan dikritik dalam tahap verifikasi. Tujuannya untuk melihat autentisitas sumber sejarah dan kredibilitas narasumbernya. Setelah sumber – sumber yang autentik diperoleh , sejrawan melakukan interpretasi atau penafsiran atas sejarah itu, baik secara analitis maupun secara sintesis. Hal ini sering memberikan unsur subjektivitas pada hasil penelitian sejarah. Walaupun demikian, sejarawan harus berusaha mempertahankan objektivitas sejarah. Dalam proses interpretasi, fakta sejarah yang mulanya terpecah – pecah atau berdiri sendiri ( fragmentaris ) akan di susun ulang dan di tafsirkan menjadi sebuah peristiwa yang saling berhubungan ( koheren ). Suati fakta sebagai peristiwa atau kejadian yang benar – benar terjadi dapat diketahui melalui bukti sejarah yang di peroleh. Bukti sejarah dapat berupa bukti tertulis, seperti prasasti dan dapat pula berupa bukti tidak tertulis, seperti cerita atau tradisi. Ini semua merupakan peninggalan budaya manusia pada masa lampau.

Hasil interpretasi data sejarah tersebut akan ditulis. Hal ini dapat dilakukan pada tahap historiografi . Dalam proses ini, fakta – fakta sejarah yang harus di dapat harus diseleksi dan disusun dengan baik. Selain itu , beberapa kesalahan, seperti kesalahan narasi, kesalahan argumentasi, dan kesalahan generalisasi, harus di hindari.

Hasil penelitian sejarah menghasilkan beberapa jenis sejarah. Misalnya, sejarah Ekonomi, sejarah sosial, sejarah politik, sejarah kebudayaan, sejarah lokal, sejarah Nasional, dan sejarah dunia.

BAB IV . KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

Dalam ilmu prasejarah, lapisan kulit bumi sangat berguna sebagai materi analisis kehidupan dan umur manusia yang pernah hidup di bumi. Biasanya , pada setiap lapisan terdapat peninggalan berupa tulang – tulang, peralatan berburu atau peralatan rumah tangga. Tulang belulang manusia atau hewan dan sisa tumbuhan yang telah membatu disebut Fosil. Sementara itu, peralatan atau perlengkapan kehidupan manusia yang berasal dari zaman prasejarah disebut artefak. Artefak dapat berupa peralatan yang terbuat dari batu, kayu, duri ikan, dan logam.

Sejarah perkembangan bumi samapai sekarang dapat dibagi menjadi empat zaman, yaitu Arkaekum, Palaoezoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum. Arkaekum adalah zaman yang paling tua dan diperkirakan berumur sekitar 2.500 juta tahun yang lalu. Pada zaman Arkaekum, kulit bumi masih membara karena memiliki temperature yang sangat tinggi. Pada masa tersebut, diperkirakan belum ada tanda – tanda kehidupan. Di zaman ini, bumi masioh dalam proses pembekuan menjadi padat. Paleozoikum merupakan kelanjutan dari zaman Arkaekum . Zaman Paleozoikum di perkirakan berumur 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman paleozoikum, diperkirakan di permukaan bumi telah muncul tanda – tanda kehidupan. Di zaman ini, bumi berangsur – angsur menjadi dingin. Kehidupan dimulai dengan munculnya nenek moyang makhluk hidup bersel satu yang disebut Mikroorganisme, lalu beberapa jenis ikan, amfibi, dan binatang melata ( reptil ). Binatang bertulang belakang di zaman ini umumnya jumlahnya sedikit.

Mesozoikum berumur kurang lebih 150 juta tahun yang lalu. Bentuk kehidupan sudah semakin beraneka ragam . Ikan, amfibi, dan reptil sudah semakin banyak jenisnya. Binatang bertubuh besar, seperti dynosaurus, tyranosaurus, dan stegosaurus telah ada di bumi. Diperkirakan , beberapa jenis burung juga telah ada pada zaman Mesozoikum ini. Neozoikum atau Kainozoikum berumur kurang lebih 60 juta tahun yang lalu. Kehidupan pada zaman ini sudah sangat berkembang dan beraneka ragam

Zaman Neozoikum sendiri terbagi menjadi dua, yaitu era tersier dan era kuarter.

Zaman prasejarah di bedakan atas beberapa kurun waktu sesuai dengan tingkat peradabannya. Tingkat peradaban ini di bedakan berdasarkan bahan- bahan yang di gunakan untuk membuat benda atau alat perlengkapan hidup manusianya. Berdasarkan bahan untuk membuat alat perlengkapan hidup manusia tersebut, dapat dibedakan menjadi dua zaman, yaitu zaman Batu dan zaman Logam.

Pembagian hasil kebudayaan manusia purba di Indonesia terbagi ke dalam dua zaman, yaitu zaman Pleistosen dn Holosen. Pada zaman Pleistosen, terdapat dua kebudayaan besar nusantara yang menjadi acuan bagi para peneliti sejarah dalam melihat hasil – hasil kebudayaan yang dihasilkan oleh masing – masing masyarakatnya tersebut, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Di zaman Holosen, periodisasi kebudayaannya di bagi atas dasar peralatan atau teknologi kehidupannya, yaitu zaman Batu dan zaman Logam. Zaman Batu sendiri terbagi atas zaman Batu Tua (Paleolithikum), zaman Batu Madya ( Mesolithikum ), zaman Batu Muda ( Neolithikum ), dan zaman Batu Besar ( Megalithikum ).

Proses migrasi masyarakat kebudayaan Bac Son-Hoa Binh dan Dong Son berlangsung antara tahun 2000 SM sampai 300 SM. Proses migrasi ini berakibat pada menyebarnya berbagai jenis kebudayaan Megalithikum ( batu besar), Mesolithikum (batu madya), Neolithikum (batu halus), dan khususnya kebudayaan Perunggu. Proses migrasi dari berbagai jenis kebudayaan nusantara pada fase – fase sejarah selanjutnya.

Dalam proses migrasi ini, terdapat dua jalur penyebaran kebudayaan dan masyarakat Bac Son dan Hoa Binh ke kawasan nusantara. Yang pertama adalah jalur utara. Jalur ini mempunyai ciri khas peninggalan kebudayaan kapak persegi. Yang kedua adalah jalur selatan. Peninggalan jalur ini mempunyai ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Peninggalan sejarah zaman perunggu berupa kapak – kapak lonjong ini, antara lain terdapat di Formosa (Filipina), Sulawesi, Maluku, dan Papua.


BAB V . PERADABAN AWAL MASYARAKAT DI DUNIA

Arti “peradaban” berasal dari bahasa Latin, yaitu 'civitas' yang artinya 'kota'. Peradaban sendiri adalah puncak dari hasil kebudayaan yang bernilai tinggi, maju, indah, sopan, mulia, halus, tertib, dan sebagainya. Peradaban awal bangsa – bangsa di dunia umumnya terbentuk karena di latarbelakangi oleh letak geografis yang dekat dengan sungai dan ketersediaan lahan tanah yang subur bagi lahan pertanian. Semua peradaban dimulai ketika orang – orang mulai hidup bersama dalam kelompok yang besar. Di Asia, terdapat 2 peradaban awal, yaitu peradaban India Kuno dan peradaban China yang nantinya akan berpengaruh terhadap peradaban Indonesia.

Peradaban awal di dunia terdapat di Eropa, Afrika, dan Asia Barat. Peradaban – peradaban dari daerah tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Peradaban Mesopotamia, di Lembah sungai Eufrat dan Tigris. Hasil – hasil kebudayaannya adalah di bangunnya perpustakaan tertua oleh Ashurbanipal, pimpinan kerajaan Assyria; dibangunnya taman gantung oleh bangsa Khaldea; dan disusunnya Hukum Hammurabi oleh Raja Hammurabi dari kerajaan Persia yang menjadi hukum tertulis pertama di dunia.

  1. Peradaban Mesir, berada di benua afrika yang telah ada sekitar tahun 4000 SM. Mesir berada di utara Afrika dan dialiri oleh Sungai Nil. Hasil kebudayaan Mesir yang ternama adalah bangunan piramida yang digunakan sebagai makam para raja – raja Mesir yang disebut Paraoh dan ditemukannya Spinx. Selain itu, ilmu pengetahuan juga telah berkembang didaerah ini. Masyarakat yang menempati daerah ini telah menemukan sebuah tulisan dengan bentuk gambar yang disebut dengan Heiroglyph dan telah dikenal pula sistem penanggalan dan Kalender.

  1. Peradaban Yunani dan Romawi merupakan dua peradaban yang berada di Eropa. Kedua kebudayaan ini begitu banyak memiliki peninggalan yang berguna dan berarti bagi masyarakat dunia saat ini. Peninggalannya adalah berarti bagi masyarakat dunia saat ini. Peninggalannya adalah teknik pengecoran dan menempa besi. Masyarakat Yunani dan Romawi juga telah mengenal tulisan yang dikenal dengan tulisan Minos

Bangunan – bangunan yang ditinggalkan oleh kedua bangsa ini juga memberikan bukti bahwa teknik pembuatan bangunan pada masa ini telah mampu membuat bangunan besar dan megah. Seperti kuil – kuil peribadatan dan alat – alat dari tanah liat

  1. Bangsa dunia juga memiliki 2 peradaban kuno, yaitu peradaban lembah Sungai Indus (Shindu) dan peradaban lembah Sungai Gangga. Peradaban lembah Sungai Shindu terkenal dengan kota Mahenjo-Daro dan Harappa dengan sistem planaloginya. Peradaban lembah sungai Gangga dikenal dengan campuran peradaban bangsa Arya dan Dravida yang disebut kebudayaan Hindu. Kemudian, berkembang pula agama Buddha yang di bawa oleh Sidharta Gautama sebagai perlawanan terhadap sistem kasta agama Hindu.

  1. Peradaban tertua bangsa China yang dikenal sebagai peradaban lembah Sungai Kuning ( Huang – Ho ). Peradaban China di kembangkan oleh kerajaan – kerajaan dalam bentuk Dinasti. Dinasti yang berpengaruh dalam peradaban China, antara lain Dinsati Shang (Hsia), Yin , Chou, Chin, Han, Tang, dan Sung.

Kebudayaan yang berkembang di Asia lainnya adalah Kebudayaan Bac Son-Hoa Binh di utara Vietnam dan kebudayaan Dong Son di kawasan Sungai Ma Vietnam. Kedua Kebudayaan tersebut oleh para ahli disebut nenek moyang dari Kebudayaan Indonesia dan telah membawa perubahan besar bagi peradaban Indonesia karena terjadi pengalihan dari Kebudayaan Food Gathering ke kebudayaan Food Producing.